Thursday, January 05, 2006

 

Sabu Kekeringan

Forum Kesiapan dan Penanganan Bencana
Wed, 06 Apr 2005 01:08:28 -0700


Sabu Kekeringan


Jenis Bencana : Kekeringan
Lokal : Kepulauan Sabu, Kec. Sabu
Timur, kec. Sabu Liae, Kec. Hawu Mehara, Kec. Sabu
Barat.
Waktu Kejadia : Maret 2005.


Kondisi Umum.

Kepulauan Sabu dan Raijua adalah bagian dari Wilayah
Kabupaten Kupang, Propinsi NTT. Kepulauan Sabu terdiri
dari lima Kecamatan, yaitu Sabu Timur, Sabu Barat, Raijua,
Sabu Liae dan Kecamatan Hawu Mehara. Dari lima kecamatan
di Kepulauan Sabu, empat kecamatan dilanda bencana
kekeringan pada tahun 2005 yang berdampak pada gagal
panen. Sejak awal musim tanam tahun 2004/ 2005 para petani
tidak mengerjakan sawahnya bahkan tidak bisa menanam padi
karena mengalami krisis air. Semua sungai di daratan Sabu
dan Raijua sudah kering tidak berair disebabkan karena
minimnya curah hujan, bahkan tidak ada sama sekali. Banyak
tanaman palawija yang kekeringan sehingga tidak memberikan
hasil. Gagal panen ini akan memicu kekurangan makanan dan
terjadi rawan pangan di wilaya Sabu dan Raijua.

Camat Sabu Timur, Drs Charles A.J Banamtuan menjelaskan
kekeringan melanda seluruh wilayah Sabu dan Raijua.
Kondisi yang paling parah adalah petani sawah yang sangat
merasa terpukul, kerena tidak bisa menanam padi sama
sekali yang menyebabkan tidak ada panen tahun ini. Menurut
Banamtuan, kekeringan panjang dan kegagalan panen yang
melanda seluruh Sabu dan Raijua sampai saat ini belum ada
intervensi dari Pemkab Kupang maupun Pemprov Nusa
Tenggara Timur (NTT). Masyarakat mengharapkan agar
pemerintah segera turun tangan untuk mengantisipasi
kondisi rawan pangan yang menyebabkan kelaparan semakin
meluas. Walau demikian warga masyarakat Sabu masih menaruh
harapan akan hasil air nirah lontar (Tuak) dan gula kental
sabu (gulah merah) masih dalam keadaan stabil. Sebab air
tuak dan gula sabu sudah merupakan makanan pokok orang
sabu sejak dulu. Kalau pohon tuak atau lontar sudah kering
atau mati baru bisa dikatakan rawan pangan.

ketua LSM Yayasan Hurati Sabu Lay A. Jeferson, Spd yang
juga mantan anggota DPRD kabupaten kupang periode
1999-2004 mengatakan bahwa memang diakui bahwa dulu orang
Sabu makanan pokoknya adalah minum tuak dan gula tetapi
kini budaya iris tuak (sadap nirah lontar) mulai bergesar
dan ditinggalkan oleh para petani sadap nirah lontar dan
beralih kearah laut untuk membudidayakan rumput laut.Dan
saat ini rumput laut sedang mengalami krisis penyakit
“Ais-ais” yang menyerang ribuan hektare rumput
laut di pulau Sabu yaitu sejak awal tahun 2005 sebagian
besar petani rumput laut seperti di Sabu Timur, Sabu Liae,
Hahu Mehara dan Raijua mengalami gagal panen. Dari budaya
sadap lontar yang sudah bergeser ke Budidaya Rumput Laut
yang diserang penyakit dan ribuan hektare lahan sawah,
Ladang/kebun palawija dan holtikultura hancur dilanda
kekeringan membuat para petani menjadi stress.

Selama ini warga membeli beras yang datang ke Sabu dibawa
oleh perahu /kapal kayu makasar dari sulawesi selatan yang
hilir mudik masuk – keluar pulau Sabu. Saat ini
harga beras mengalami kenaikan Rp 150.000 per karung
(ukuran 50 Kg) sedangkan harga lama Rp 15.000 per karung.
Kehadiran perahu makasar antara 15-20 buah di pulau Sabu
dan Raijua sangat membantu kekurangan makanan khususnya
beras bagi masyarakat Sabu


Dampak:
· Sekitar 4539 hektare (Ha) lahan sawah milik petani
didaratan sabu yang tersebar di empat kecamatan yang ada
di pulau Sabu yakni Kecamatan Sabu Barat 3.452 Ha
merupakan luas lahan sawah yang tersebar di daratan sabu,
Kecamatan Sabu Timur 772 Ha, Kecamatan Sabu Liae 201 Ha
dan Kecamatan Hawu Mehara 114 Ha mengalami gagal panen
· Kecamatan Sabu Timur melipui 16 Desa dan 2 Kelurahan
mengalami gagal panen, untuk petani sawah tidak ada panen
kerena tidak menanam di sawah tadah hujan.Luas lahan
palawija 2,549 Ha dan holtikultura 46 Ha yang sudah di
tanam oleh parah petani mengalami gagal panen
· Kecamatan Sabu Liae, lahan sawah yang seluas 201 Ha,
lahan palawija dan holtikutura 5,506 mengalami gagal
panen dan desa paling parah adalah Desa Dainao (Desa
pemekaran dari i Desa Raerobo) semua tanaman palawija mati
kekeringan
· Total Lahan palawija dan holtikultura di Sabu seluas
1.447 Ha, yang mati kering belum cukup umur seluas 175
Ha sementara yang masih bertahan hidup dsekitar 1.622 Ha,
diperkirakan akan mengalami gagal panen
· Banyak sumber air yang kering dan semua sumur warga
masyarakat sudah berkurang debit airnya bahkan banyak
sumur gali yang kering
· Kecamatan Sabu Barat yang meliputi 17 Desa dan 1
Kelurahan semua tanaman jagung, sorgum, kacang hijau dan
kacang tanah milik para petani sebagian besar kering dan
mati karena terbakar panas matahari.

Solusi yang ditempuh masyarakat untuk mengatasi rawan
pangan:
· Sadap Nira lontar dan makan air gula lontar
· Masyarakat Desa Daidano 90% petani tambak garam berharap
pada hasil penjualan garam yang diolah secara tradisional.
· warga membeli beras yang datang ke Sabu yang dibawa oleh
perahu /kapal kayu makasar dari sulawesi selatan.

Intervensi Pemerintah.
Hingga saat ini belum ada intervensi

Comments: Post a Comment



<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?